Makna Hidup

Hidup tidak hanya untuk menerima pemberian dari yang telah Tuhan sediakan,

tapi kita hidup juga perlu untuk menjaga apa yang telah Tuhan berikan, mengembangkannya dan berbagai dengan sesama

Senin, 28 Juni 2010

Panggilan Zending Untuk Umat


Renungan menyambut jubileum 150 tahun hkbp
„ Panggilan zending untuk umat “


Pendahuluan/Pengantar

            Saudara/i yang dikasihi Kristus, jemaat Tuhan yang telah dipanggil dan dipilih Tuhan untuk diselamatkan. Sudah hampir 150 tahun HKBP berdiri dan berkarya ditengah-tengah bangsa ini khususnya ditengah-tengah Bangsa Batak. Buah penginjilan dari hamba-hamba Tuhan, para evangelis dan penginjil Eropa telah bisa dirasakan oleh bangsa kita dimana Injil yang mereka beritakan telah membuat perubahan besar di dalam kehidupan orang Batak sehingga pengaruh dari perubahan itu juga bisa dirasakan bangsa ini. Orang Batak mengenal terang Kristus, dan terang ini membuat mata kita terbuka lebar bahwa dunia ini tidaklah hanya sebatas Pulau Samosir saja atau sebatas Tapanuli saja namun jauh lebih dari  itu, orang Batak kemudian menyadari bahwa ternyata dunia ini begitu luas. Nuansa kehidupan yang baru yang diungkapkan Injil pada saat itu, membuat orang Batak  menemukan suatu keberanian dan kerinduan yang baru untuk bisa menaklukan temapt-tempat itu sambil membagikan Injil keselamatan Tuhan. Dengan semangat dan roh yang menyala-nyala, orang Batak mulai berani meninggalkan kampung halamannya, merantau ke Sumatra Timur sampai ke daerah Deli di Medan dan ke daerah-daerah yang lebih luas terus ke Timur dan bahkan sampai ke Jakarta. Perjalanan ini juga selalu disertai dengan pemberitaan Firman Tuhan.
Namun belakangan ini, semangat dan roh penginjilan itu sudah semakin redup dan melemah. Banyak orang-orang Kristen tidak lagi peduli kepada “keselamatan sesamanya”. Tidak jauh beda dengan warga negara lainnya, banyak orang-orang Kristen pada jaman ini hanya peduli kepada kehidupannya masing-masing. Hanya peduli kepada kesejahteraan dan kebahagiannya sendiri. Bahkan demi kebahagiaannya itu, banyak diantara kita yang rela mengorbankan orang lain. Kalau ini kita perbandingkan dengan panggilan kita sebagai orang-orang Kristen yang mengaku sebagai pengikut Kristus. tentunya sikap dan perbuatan ini sudah sangat bertentangan dengan keinginan Tuhan. Kristus memanggil kita untuk membawa Kerajaan Surga atas dunia ini membawa kedamaian dan keselamatan bagi dunia ini sebagai konsekuensi keselamatan yang kita terima. 150 tahun sudah orang Batak menjadi orang Kristen, suatu usia yang seharusnya sudah cukup matang. Matang di dalam organisasi demikian juga matang di dalam menghadapi persoalan dan permasalahan. Usia yang matang ini menantang kita untuk mengkaji diri, 1). Apakah yang sudah kita perbuat (sebagai warga jemaat maupun sebagai organisasi gereja) untuk “tongkat estafet penginjilan” yang kita terima? Apakah cukup kita hanya menerimanya lalu menyimpannya atau apakah kita yang sudah menerimanya juga mau membagi dan menyalurkannya kepada orang lain? 2). Siapakah yang bertanggungjawab untuk “tongkat estafet penginjilan” ini?

Isi  (Tujuan, keuntungan, dan Cara Melaksanakan)

            Saudara/i sekalian, panggilan untuk memberitakan Injil Keselamatan Tuhan (panggilan Marturia) adalah panggilan untuk kita semua. Panggilan ini tidak terbatas hanya pada para hamba Tuhan (pendeta, pastor, evangelis, guru, bibelvrow, syamas, diaken atau diakones dan lain sebagainya), tapi juga bagi seluruh jemaat kudus Tuhan. I Petrus  2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”, dengan nas ini kita dipanggil untuk menyatakan perbuatan Tuhan yang memberikan keselamatan bagi dunia ini. Baik bagi yang belum percaya kepada Tuhan karena belum mengenal Kristus ataupun yang sudah mengenal Kristus namun masih belum mengambil keputusan untuk mengikut Kristus (Zending ke luar) maupun kepada orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan tapi yang di dalam perjalanan waktu hidupnya mengalami kemunduran spiritual (Zending ke dalam).
Zending ke luar  dapat kita lakukan dengan berbagai cara, demikian juga dengan Zending ke dalam , yang menekankan peyegaran dan peneguhan iman kepada jemaat.
Dengan keberadaan kita yang hidup ditengah-tengah masyarakat yang pluralis dan majemuk, berbeda agama dan aliran kepercayaan, sesungguhnya untuk bisa berzending keluar tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Kita tidak harus meninggalkan pekerjaan kita, keluarga kita ataupun kehidupan kita sehari-hari dengan pergi ke pelosok-pelosok atau ke pulau-pulau terpencil sebagaimana yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu kita. Kita bisa melakukannya didalam kehidupan kita sehari-hari yaitu melalui cara kita bekerja, cara kita bertutur kata dan cara kita bersikap kepada sesama kita yang berbeda agama, cara kita bersosialisasi dan bertetangga dan lain sebagainya, karena mereka sesungguhnya selalu ada disekitar kita. Ketika kita makan, minum atau bercakap-cakap dengan mereka sewaktu break bekerja atau duduk-duduk santai di kedai atau di kantin sesungguhnya kita bisa bercerita tentang Tuhan Yesus. Ketika kita bekerja dengan benar dan jujur,  berlaku adil dan penuh kasih, sesungguhnya kita  pun sedang memberitakan Tuhan Yesus kepada mereka. Kita bisa melakukannya ketika di kantor, di perumahan (lingkungan tempat tinggal kita), di organisasi-organisasi umum yang kita tekuni bahkan di jalanan yang kita lalui setiap hari. Dalam keberadaan kita sehari-hari itu, kita bisa menunjukkan iman kita dengan buah-buah yang baik dan manis sehingga dengan sendirinya bisa dilihat dan dinikmati orang-orang disekitar kita.
Jemaat sesungguhnya mempunyai peluang dan kesempatan yang lebih besar dari pada hamba-hamba Tuhan lainnya untuk mengadakan penginjilan atau pelayanan keluar karena jemaat selalu bersentuhan atau berhadapan dengan rekan-rekan kerjanya yang berbeda agama. Sementara hamba-hamba Tuhan sering terfokus hanya kepada pelayanan jemaat.
Demikian juga dalam kaitannya dengan pelayanan/penginjilan kedalam. Jemaat sesungguhnya mempunyai kesempatan dan peluang yang jauh lebih besar dan lebih efektif untuk mengadakan pelayanan atau penginjilan antar jemaat bila dibandingkan dengan para hamba Tuhan. Karena jemaat biasanya hidupnya jauh lebih dekat dengan sesama jemaat lainnya. Mereka lebih sering bertemu dan bersosialisasi dengan sesama, karena mereka tinggal dalam satu kawasan, dalam satu wiyk dan dalam satu kumpulan marga atau STM. Oleh karena itu jemaat mempunyai peluang yang lebih besar untuk bisa dikaryakan di dalam proses penginjilan ke dalam (marturia di tengah-tengah huria). Jemaat juga mempunyai karunia-karunia yang berbeda sesuai dengan anugerah Roh Tuhan sehingga dengan karunia yang berbeda-beda ini jemaat juga punya potensi pengijilan yang luar biasa. Dalam hal ini Hamba Tuhan hanya perlu memanage dan menghidupkan potensi ini.
            Tahun 2008, ditetapkan sebagai tahun Marturia, tahun dimana semangat dan roh penginjilan seluruh warga gereja dibangkitkan kembali, dengan satu harapan bahwa semua warga atau semua jemaat bisa ikut bersama memberikan perannya masing-masing sesuai dengan karunia-karunia yang diterimanya dari Tuhan untuk bisa saling menginjili.

Roma 12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Ditengah-tengah huria, setiap warga jemaat bisa menjadi pelayan penginjilan buat keluarganya masing-masing, demikian juga buat tetangganya sesama jemaat dalam satu huria dalam lingkungan wiyknya, namun juga bisa menjadi pelayan penginjilan buat sesamanya orang-orang Kristen yang lemah yang belum mempunyai status jemaat yang jelas.
  1. Masing-masing jemaat baiklah mulai menjadi penginjil buat saudaranya, orangtuanya, buat suaminya atau istrinya demikian juga buat anak-anaknya, sehingga tidak seorangpun dari anggota keluarga itu yang tidak terselamatkan.
  2. Masing-masing jemaat juga bisa menjadi pelayan atau penginjil buat sesama jemaat satu gerejanya yang mulai jauh dari Tuhan. Mengunjungi dan mengajak mereka kembali datang kepada Tuhan, datang bersekutu ke Gereja beribadah kembali bersama jemaat lainnya.
  3. Selain itu jemaat- jemaat yang tinggal di komplek-komplek perumahan, bisa menjadi pelayan penginjilan juga buat sesamanya orang-orang Kristen, yang masih belum bisa menentukan pilihannya harus beribadah dimana. Disinilah peran kita sebagai warga jemaat sangat dibutuhkan.

Inilah arti dari lingkaran pelayanan penginjilan yang disampaikan oleh Yesus bahwa Penginjilan atau missi itu sendiri haruslah berangkat dari titik central  yaitu diri kita sendiri lalu akan membentuk lingkaran kecil  disekitar kita yaitu keluarga kita dan orang-orang yang dekat dengan kita. Lingkaran itu kemudian bertambah besar yaitu tetangga-tetangga kita serta orang-orang disekitar kita. Selanjutnya kemudian akan membentuk lingkaran yang jauh lebih besar yaitu orang-orang yang lainnya dalam jaringan yang lebih luas.  (bandingkan: Kisah Para Rasul 1 : 8b : “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.").


Kesimpulan
            Jadi saudara/i sekalian, panggilan pelayanan missi (bermarturia) adalah panggilan universal bagi seluruh orang-orang percaya yang harus dimaknai dengan pemberitaan damai sejahtera Tuhan sebagai wujud nyata kehadiran Kerajaan Tuhan di dunia ini. Dan ini adalah tugas seluruh warga jemaat. Petrus mengatakan: “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung”. (2 Petrus 1 : 10). Jangan tunggu hari esok jika kita mempunyai kesempatan untuk melakukannya hari ini, karena kesempatan ini tidak akan pernah kembali. “Selagi hari siang marilah kita bekerja keras karena malam akan tiba dimana kita tidak lagi bisa melakukan apa-apa”

Ananda mulai berani survive