Renungan menyambut jubileum 150
tahun hkbp
„ Panggilan
zending untuk umat “
Pendahuluan/Pengantar
Saudara/i yang dikasihi Kristus, jemaat Tuhan yang
telah dipanggil dan dipilih Tuhan untuk diselamatkan. Sudah hampir 150 tahun
HKBP berdiri dan berkarya ditengah-tengah bangsa ini khususnya ditengah-tengah
Bangsa Batak. Buah penginjilan dari hamba-hamba Tuhan, para evangelis dan
penginjil Eropa telah bisa dirasakan oleh bangsa kita dimana Injil yang mereka
beritakan telah membuat perubahan besar di dalam kehidupan orang Batak sehingga
pengaruh dari perubahan itu juga bisa dirasakan bangsa ini. Orang Batak
mengenal terang Kristus, dan terang ini membuat mata kita terbuka lebar bahwa
dunia ini tidaklah hanya sebatas Pulau Samosir saja atau sebatas Tapanuli saja
namun jauh lebih dari itu, orang Batak
kemudian menyadari bahwa ternyata dunia ini begitu luas. Nuansa kehidupan yang
baru yang diungkapkan Injil pada saat itu, membuat orang Batak menemukan suatu keberanian dan kerinduan yang
baru untuk bisa menaklukan temapt-tempat itu sambil membagikan Injil
keselamatan Tuhan. Dengan semangat dan roh yang menyala-nyala, orang Batak
mulai berani meninggalkan kampung halamannya, merantau ke Sumatra Timur sampai
ke daerah Deli di Medan dan ke daerah-daerah yang lebih luas terus ke Timur dan
bahkan sampai ke Jakarta. Perjalanan ini juga selalu disertai dengan
pemberitaan Firman Tuhan.
Namun
belakangan ini, semangat dan roh penginjilan itu sudah semakin redup dan
melemah. Banyak orang-orang Kristen tidak lagi peduli kepada “keselamatan
sesamanya”. Tidak jauh beda dengan warga negara lainnya, banyak orang-orang
Kristen pada jaman ini hanya peduli kepada kehidupannya masing-masing. Hanya
peduli kepada kesejahteraan dan kebahagiannya sendiri. Bahkan demi
kebahagiaannya itu, banyak diantara kita yang rela mengorbankan orang lain.
Kalau ini kita perbandingkan dengan panggilan kita sebagai orang-orang Kristen
yang mengaku sebagai pengikut Kristus. tentunya sikap dan perbuatan ini sudah
sangat bertentangan dengan keinginan Tuhan. Kristus memanggil kita untuk
membawa Kerajaan Surga atas dunia ini membawa kedamaian dan keselamatan bagi
dunia ini sebagai konsekuensi keselamatan yang kita terima. 150 tahun sudah
orang Batak menjadi orang Kristen, suatu usia yang seharusnya sudah cukup
matang. Matang
di dalam organisasi demikian juga matang di dalam menghadapi persoalan dan
permasalahan. Usia yang matang ini menantang kita untuk mengkaji diri, 1). Apakah
yang sudah kita perbuat (sebagai warga jemaat maupun sebagai organisasi gereja)
untuk “tongkat estafet penginjilan” yang kita terima? Apakah cukup kita hanya
menerimanya lalu menyimpannya atau apakah kita yang sudah menerimanya juga mau
membagi dan menyalurkannya kepada orang lain? 2). Siapakah yang bertanggungjawab untuk “tongkat estafet penginjilan”
ini?
Isi (Tujuan, keuntungan, dan Cara Melaksanakan)
Saudara/i sekalian,
panggilan untuk memberitakan Injil Keselamatan Tuhan (panggilan Marturia)
adalah panggilan untuk kita semua. Panggilan ini tidak terbatas hanya pada para
hamba Tuhan (pendeta, pastor, evangelis, guru, bibelvrow, syamas, diaken atau
diakones dan lain sebagainya), tapi juga bagi seluruh jemaat kudus Tuhan. I
Petrus 2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang
terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,
supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”, dengan nas
ini kita dipanggil untuk menyatakan perbuatan Tuhan yang memberikan keselamatan
bagi dunia ini. Baik bagi yang belum percaya kepada Tuhan karena belum mengenal
Kristus ataupun yang sudah mengenal Kristus namun masih belum mengambil
keputusan untuk mengikut Kristus (Zending
ke luar) maupun kepada orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan tapi
yang di dalam perjalanan waktu hidupnya mengalami kemunduran spiritual (Zending ke dalam).
Zending ke luar dapat kita lakukan
dengan berbagai cara, demikian juga dengan Zending ke dalam , yang menekankan
peyegaran dan peneguhan iman kepada jemaat.
Dengan keberadaan kita yang hidup
ditengah-tengah masyarakat yang pluralis dan majemuk, berbeda agama dan aliran
kepercayaan, sesungguhnya untuk bisa berzending keluar tidaklah sesulit yang
kita bayangkan. Kita tidak harus meninggalkan pekerjaan kita, keluarga kita
ataupun kehidupan kita sehari-hari dengan pergi ke pelosok-pelosok atau ke
pulau-pulau terpencil sebagaimana yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu kita.
Kita bisa melakukannya didalam kehidupan kita sehari-hari yaitu melalui cara
kita bekerja, cara kita bertutur kata dan cara kita bersikap kepada sesama kita
yang berbeda agama, cara kita bersosialisasi dan bertetangga dan lain
sebagainya, karena mereka sesungguhnya selalu ada disekitar kita. Ketika kita
makan, minum atau bercakap-cakap dengan mereka sewaktu break bekerja atau
duduk-duduk santai di kedai atau di kantin sesungguhnya kita bisa bercerita
tentang Tuhan Yesus. Ketika kita bekerja dengan benar dan jujur, berlaku adil dan penuh kasih, sesungguhnya kita
pun sedang memberitakan Tuhan Yesus
kepada mereka. Kita bisa melakukannya ketika di kantor, di perumahan (lingkungan
tempat tinggal kita), di organisasi-organisasi umum yang kita tekuni bahkan di
jalanan yang kita lalui setiap hari. Dalam keberadaan kita sehari-hari itu,
kita bisa menunjukkan iman kita dengan buah-buah yang baik dan manis sehingga
dengan sendirinya bisa dilihat dan dinikmati orang-orang disekitar kita.
Jemaat sesungguhnya mempunyai peluang dan
kesempatan yang lebih besar dari pada hamba-hamba Tuhan lainnya untuk
mengadakan penginjilan atau pelayanan keluar karena jemaat selalu bersentuhan
atau berhadapan dengan rekan-rekan kerjanya yang berbeda agama. Sementara
hamba-hamba Tuhan sering terfokus hanya kepada pelayanan jemaat.
Demikian juga dalam
kaitannya dengan pelayanan/penginjilan kedalam. Jemaat sesungguhnya mempunyai
kesempatan dan peluang yang jauh lebih besar dan lebih efektif untuk mengadakan
pelayanan atau penginjilan antar jemaat bila dibandingkan dengan para hamba
Tuhan. Karena jemaat biasanya hidupnya jauh lebih dekat dengan sesama jemaat
lainnya. Mereka lebih sering bertemu dan bersosialisasi dengan sesama, karena
mereka tinggal dalam satu kawasan, dalam satu wiyk dan dalam satu kumpulan
marga atau STM. Oleh karena itu jemaat mempunyai peluang yang lebih besar untuk
bisa dikaryakan di dalam proses penginjilan ke dalam (marturia di tengah-tengah
huria). Jemaat juga mempunyai karunia-karunia yang berbeda sesuai dengan
anugerah Roh Tuhan sehingga dengan karunia yang berbeda-beda ini jemaat juga
punya potensi pengijilan yang luar biasa. Dalam hal ini Hamba Tuhan hanya perlu
memanage dan menghidupkan potensi ini.
Tahun 2008, ditetapkan
sebagai tahun Marturia, tahun dimana semangat dan roh penginjilan seluruh warga
gereja dibangkitkan kembali, dengan satu harapan bahwa semua warga atau semua
jemaat bisa ikut bersama memberikan perannya masing-masing sesuai dengan
karunia-karunia yang diterimanya dari Tuhan untuk bisa saling menginjili.
Roma 12:6 Demikianlah kita
mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan
kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya
sesuai dengan iman kita.
12:7 Jika karunia untuk melayani,
baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk
menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu,
hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan,
hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan,
hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
Ditengah-tengah huria, setiap warga jemaat bisa
menjadi pelayan penginjilan buat keluarganya masing-masing, demikian juga buat
tetangganya sesama jemaat dalam satu huria dalam lingkungan wiyknya, namun juga
bisa menjadi pelayan penginjilan buat sesamanya orang-orang Kristen yang lemah
yang belum mempunyai status jemaat yang jelas.
- Masing-masing jemaat baiklah mulai menjadi penginjil buat saudaranya,
orangtuanya, buat suaminya atau istrinya demikian juga buat anak-anaknya,
sehingga tidak seorangpun dari anggota keluarga itu yang tidak
terselamatkan.
- Masing-masing jemaat juga bisa menjadi pelayan atau penginjil buat
sesama jemaat satu gerejanya yang mulai jauh dari Tuhan. Mengunjungi dan
mengajak mereka kembali datang kepada Tuhan, datang bersekutu ke Gereja
beribadah kembali bersama jemaat lainnya.
- Selain itu jemaat- jemaat yang tinggal di komplek-komplek perumahan,
bisa menjadi pelayan penginjilan juga buat sesamanya orang-orang Kristen, yang
masih belum bisa menentukan pilihannya harus beribadah dimana. Disinilah peran kita sebagai warga jemaat sangat
dibutuhkan.
Inilah
arti dari lingkaran pelayanan penginjilan yang disampaikan oleh Yesus bahwa
Penginjilan atau missi itu sendiri haruslah berangkat dari titik central yaitu diri kita sendiri lalu akan membentuk
lingkaran kecil disekitar kita yaitu
keluarga kita dan orang-orang yang dekat dengan kita. Lingkaran itu kemudian bertambah
besar yaitu tetangga-tetangga kita serta orang-orang disekitar kita. Selanjutnya
kemudian akan membentuk lingkaran yang jauh lebih besar yaitu orang-orang yang
lainnya dalam jaringan yang lebih luas.
(bandingkan: Kisah Para Rasul 1 : 8b : “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.").
Kesimpulan
Jadi saudara/i sekalian, panggilan pelayanan missi (bermarturia) adalah
panggilan universal bagi seluruh orang-orang percaya yang harus dimaknai dengan
pemberitaan damai sejahtera Tuhan sebagai wujud nyata kehadiran Kerajaan Tuhan
di dunia ini. Dan ini adalah tugas seluruh warga jemaat. Petrus mengatakan: “Karena
itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan
pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah
tersandung”. (2 Petrus 1 : 10). Jangan
tunggu hari esok jika kita mempunyai kesempatan untuk melakukannya hari ini,
karena kesempatan ini tidak akan pernah kembali. “Selagi hari siang marilah
kita bekerja keras karena malam akan tiba dimana kita tidak lagi bisa melakukan
apa-apa”
Tulisan ini membuka wawasan, tapi perlu orang yg dipilih dan dibekali untuk berzending, biar jelas arahnya dan baiknya ada buku panduan berzending dari HKBP, jd menurut saya tidak semua umat, harus dipilih dan dibekali, Nanti bisa jadi debat kusir, karena salah penafsiran, akibatnya konflik internal, minimal kepada Sintua Lingkungan. Mohon info Pelaksanaan Zending di Temapat Amang bertugas, mungkin itu bisa di contoh Jemaat/Gereja lain. Salam
BalasHapus