”MAKANAN
APAKAH YANG BOLEH KITA MAKAN ?”[i]
I. Ketika
Penciptaan (sebelum manusia jatuh ke dalam dosa)
Tuhan mengatakan bahwa makanan yang Tuhan sediakan bagi manusia adalah
makanan dari segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan dari segala pohon-pohonan
yang buahnya berbiji.
Kej. 1 : 29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala
tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang
buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
Kej. 3 : 18 Semak duri dan rumput
duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi
makananmu;
Kej. 3 : 19 Dengan berpeluh engkau
akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi
debu."
II. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa
Manusia mulai mengalami kesulitan di dalam mencari makanannya, dan makanan
manusia mulai berkembang, manusia mulai memakan daging-dagingan, misalnya Habil
yang mulai beternak domba, selain untuk dipersembahkan sebagai kurban kepada
Tuhan. hasil peternakannya juga digunakan untuk makanan sehari-hari.
Akan tetapi kebiasaan ini
dipandang Tuhan tidaklah baik untuk kehidupan manusia sehingga Tuhan membatasi
”makanan” manusia itu.
Kej. 9 : 3 Segala yang bergerak,
yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu
seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.
Kej. 9 : 4 Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni
darahnya, janganlah kamu makan.
III. Manusia Pada jaman Air Bah
Menurut tradisi iman
kekristenan, disinilah sesungguhnya awal dimana secara resmi Allah menginjinkan
manusia untuk memakan’daging-dagingan”. Keinginan manusiadi jaman itu yang
sangat senang memakan daging dilihat Allah sebagai salah satu sumber berbagai
kejahatan dan kebringasan manusia. Allah mulai membatasi kembali makanan
manusia. Mulailah muncul istilah haram dan halal.
Kej. 7 : 2 Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh
pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang,
jantan dan betinanya;
Kej. 7 : 8 Dari binatang yang
tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di
muka bumi,
Kej. 8 : 20 Lalu Nuh mendirikan
mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung
yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban
bakaran di atas mezbah itu.
Akan tetapi satu hal yang perlu kita ketahui di dalam hal ini, bahwa
tentang makanan (hewan-hewan) yang haram dan yang halal di dalam masa ini
belumlah tentu dengan apa yang tertulis di dalam kitab imamat. Karena pewahyuan
dan perintah Tuhan pada saat itu belumlah diberikan secara gamblang kepada Nuh.
Haram dan halal pada jaman ini masih berdasarkan ”ketentuan Nuh’
Di lain pihak, menurut para ahli,
sesungguhnya nas ini ditambahkan atau disisipkan kemudian oleh para imam-imam
Yahudi di jaman pembuangan untuk meneguhkan dan melegitimasi peraturan-perturan
Taurat Yahudi.
IV. Makanan Manusia di jaman Musa
Di jaman Musa makanan haram dan halal diaturkan sangat ketat. Banyak orang
Yahudi, Islam dan Kristen menyakini apa yangtertulis secara terperinci tentang
makanan haram dan halal yang terurai di dalam kitab Imamat adalah perintah
langsung dari Tuhan (Firman Tuhan), sehingga mau atau tidak mau harus dituruti.
Im. 11 : 4 Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak
atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak
berkuku belah; haram itu bagimu.
(bnd. Ul 14 : 7 Tetapi inilah yang
tidak boleh kamu makan dari antara yang memamah biak atau dari antara yang
berbelah dan bersela kukunya: unta, kelinci hutan dan marmot, karena semuanya
itu memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram semuanya itu bagimu.)
Im. 11 : 5 Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku
belah; haram itu bagimu.
Im. 11 : 6 Juga kelinci, karena
memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu.
Im.11 : 7 Demikian juga babi
hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak
memamah biak; haram itu bagimu.
(bnd. Ul. 14 : 8 Juga babi hutan,
karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.
Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena
bangkainya).
Im. 11 : 8 Daging binatang-binatang
itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya
itu bagimu.
Im. 11 : 26 yakni segala binatang
yang berkuku belah, tetapi tidak bersela panjang, dan yang tidak memamah biak;
haram semuanya itu bagimu dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis.
Im. 11 : 27 Demikian juga segala yang
berjalan dengan telapak kakinya di antara segala binatang yang berjalan dengan
keempat kakinya, semuanya itu haram bagimu; setiap orang yang kena kepada
bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam.
Im. 11 : 28 Dan siapa yang membawa
bangkainya, haruslah mencuci pakaiannya dan ia menjadi najis sampai matahari
terbenam. Haram semuanya itu bagimu.
Im. 11 : 29 Inilah yang haram bagimu di antara segala
binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi: tikus buta, tikus, dan
katak menurut jenisnya
Im. 11 : 31 Itulah semuanya yang haram bagimu di antara
segala binatang yang mengeriap. Setiap orang yang kena kepada binatang-binatang
itu sesudah binatang-binatang itu mati, menjadi najis sampai matahari terbenam.
(bnd. Ul. 14 : 9 Inilah
yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air; segala yang bersirip
dan bersisik boleh kamu makan, Ul. 14 : 10 tetapi segala yang tidak bersirip
atau bersisik janganlah kamu makan; haram semuanya itu bagimu.)
Im. 20 : 25 Kamu harus membedakan binatang yang tidak haram
dari yang haram, dan burung-burung yang haram dari yang tidak haram, supaya
kamu jangan membuat dirimu jijik oleh binatang berkaki empat dan burung-burung
dan oleh segala yang merayap di muka bumi, yang telah Kupisahkan supaya kamu
haramkan.
Bnd. Ul. 14:11 Setiap burung yang tidak haram boleh
kamu makan. Ul. 14 : 19 Juga segala binatang
mengeriap yang bersayap, itu pun haram bagimu, jangan dimakan. Ul. 14:20 Segala
burung yang tidak haram boleh kamu makan.
Akan tetapi para teolog kurang begitu setuju dan kurang menerima kalau
dikatakan bahwa peraturan tentang makanan haram dan halal itu datangnya dari
Tuhan secara langsung. Penelitian secara mendetail terhadap latar belakang
sosial, latar belakang sastra dan lain sebagainya membuktikan bahwa peran dari
kaum imam Yahudi sangatlah besar di dalam menentukan hukum-hukum Yahudi. Meski
mengambil nama Musa, seolah-olah Tuhan menyempaikan hukum-hukumnya itu secara
mendetail kepada Musa, lalau Musa menuliskannnya dan menyempaikannya kepada
kaun Israel. Akan tetapi para ahli-ahli teolog menemukan perbedaan sastra yang
sangat jelas antara tulisan-tulisan di jaman Musa dengan tulisan-tulisan di
jaman imam di masa pembuangan.
Umumnya para teolog setuju bahwa kitab imamat dan ulangan itu dituliskan
oleh para imam ketika mereka sedang meratapi keadaan mereka di pembuangan
Babel, dan mengenang masa-masa indah mereka di Yerusalem. Mereka teringat akan
kekhususan mereka sebagai umat Allah, yang menerima anugerah khsusus sebagai
bangsa pilihan Tuhan. Akan tetapi oleh karena segala perbuatan mereka yang
tidak lagi menghargai persekutuan mereka dengan Tuhan maka mereka dihukum Tuhan
dengan pembuangan. Ke dalam keadaan yang demikianlah mereka mulai menuliskan
kembali tradisi-tradisi lisan nenek moyang mereka, mulai dari penciptaan, air
bah, pemanggilan bapa-bapa leluhur, perjalanan dari Mesir ke Kanaan, tradisi
Sinai dan berbagai perturan peribadahan lainnya sampai ke soal makanan haram
dan halal. Semua dituliskan scr mendetail.
IV. Makanan Haram dan Halal
di jaman Tuhan Yesus
Yesus hidup di dalam tradisi
Yahudi yang sangat kuat, demikian juga soal makanan haram dan halal. Sebagai
seorang Yahudi sejati, Ia begitu taat akan tradisi ini. Akan tetapi ketika
pemanggilanNya sebagai Mesias dimulai, Yesus mulai berpandangan lain tentang
berbagai tradisi keras oran Yahudi tersebut, Yesus mulai memahami apa yang
sedang dihidupi oleh orang-orang Yahudi adalah kemunafikan belaka. Yesus
melihat ketaatan yang ”memuakkan” dari ketaatan orang Israel terhadap
hukum-hukum yahudi. Karena Yesus melihat bahwa hukum-hukum dan aturan-aturan Yahudi itu tidak begitu
menghidupkan sesamanya malah ”mematikan” kehidupan itu sendiri.
Sehingga Yesus mulai mengkritisi
berbagai ”hukum-hukum Yahudi” bukan berarti menghancurkannya melainkan
memberikan makna yang lebih benar. Manusia tidak diciptakan untuk hukum-hukum
akan tetapu hukum-hukum untuk kehidupan manusia. Dengan kata lain. Kehidupan
manusia jauh lebih utama.
Yesus memulihkan kembali cara
pandang manusia terhadap ciptaan dan makanan, meski tidak secara gamblang Ia mematahkan
hukum haram dan halal akan tetapi Ia dengan jelas mengatakan bahwa haram dan
halal tergantung motivasi hati manusianya:
Mat. 15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya
tentang kamu:
Mat. 15:8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh
dari pada-Ku.
Mat. 15:9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia."
Mat. 15:10 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata
kepada mereka:
Mat. 15:11 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang
menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan
orang."
Mat. 15:12 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya
kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu
sandungan bagi orang-orang Farisi?"
Mat. 15:13 Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku
yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya.
Mat. 15:14 Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang
menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh
ke dalam lobang."
Mat. 15:15 Lalu Petrus berkata kepada-Nya:
"Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami."
Mat. 15:16 Jawab Yesus: "Kamu pun masih belum dapat
memahaminya?
Mat. 15:17 Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut
turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
Mat. 15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang
menajiskan orang.
Mat. 15:19 Karena dari hati timbul
segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah
palsu dan hujat.
V. Makanan Haram dan Halal di Jaman Setelah Tuhan Yesus (jaman
Rasul-rasul)
Di jaman Rasul-rasul tentang
makanan yang haram dan yang halal semakin berkembang. Rasul-rasul Yahudi masih
hidup mengikuti tradisi Yahudi tentang makanan haram dan halal. Akan tetapi
Petrus dan beberapa rasul yang keluar melayani juga bagi orang-orang non Yahudi
khusunya Paulus, tidak lagi terjebak dengan peraturan orang-orang Yahudi
tentang haram dan halal. Ketika Tuhan membuka penginjilan kepada bangsa-bangsa
kafir maka terbuka jugalah peraturan-peraturan tentang haram dan halal.
Berangkat dari firman Tuhan kepada Petrus ketika Tuhan hendak menyuruh Dia
memberitakan Injil kepada Kornelius (seorang kafir) maka Rasul-rasul dan
bapak-bapak gereja serta teolog-teologi kristen menyakini Tuhan telah kembali
memulihkan hubungan manusia juga dengan ”makanannya” menjadi sepeerti mas
penciptaan : semuanya baik kalau diterima dengan ucapan syukur”.
Kis. 10:9 Keesokan harinya ketika
ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira
pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa.
Kis.10:10 Ia merasa lapar dan ingin
makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa
ilahi.
Kis.10:11 Tampak olehnya langit
terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada
keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah.
Kis.10:12 Di dalamnya terdapat
pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung.
Kis. 10:13 Kedengaranlah olehnya
suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!"
Kis.10:14 Tetapi Petrus menjawab:
"Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan
yang tidak tahir."
Kis.10:15 Kedengaran pula untuk
kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal
oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram."
Kis.10:16 Hal ini terjadi sampai
tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
(Bnd. Kis 11 : 1 – 10).
Akan tetapi, satu hal yang perlu
kita perhatikan, meskipun tidak ada lagi makanan yang haram dan yang halal bagi
kita. Karena semuanya sudah dapat kita nikmati dalan ucapan syukur kepada
Tuhan, kita juga haruslah menjaga pola makanan kita karena ada hal yang menjadikan
makanan kita itu juga menjadi haram:
1. Jangalah kita menjadi hamba makanan. Makanlah apa yang baik dan
berguna, jangan makan apa yang tidak baik dan mengakibatkan penyakit
I Kor.6 :12 Segala sesuatu halal
bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku
tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
2. Makanan
kita hendaknya janganlah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Makanlah
ditempat yang benar dan disituasi yang benar. Jangan dengan disengaja mencari
persoalan dengan orang lain.
Roma 14:15 Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang
engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah
engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati
untuk dia.
3. Nikmatilah
makananmu dengan ucapan syukur (berdoalah dan mengucap syukurlah sebelum
makan) jangan dengan kerakusan dan tergesa-gesa.
I
Tim. 4 :4 Karena semua yang
diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima
dengan ucapan syukur,
4. Jagalah hatimu, supaya hati dan mulutmu bersih
dari segala iri, dengki, kebencian dan hal-hal yang jahat. Sehingga apapun yang
kamu makan adalah baik.
Matius 15:11 "Dengar
dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan
yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
Matius 15:17 Tidak tahukah
kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu
dibuang di jamban?
Matius 15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari
hati dan itulah yang menajiskan orang.
Matius 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat,
pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
5. Makanlah
untuk kemuliaan Tuhan, janganlah makan
hanya untuk memuaskan rasa lapar atau untuk kepentingan tubuh, tapi makanlah
dengan spoan dan teratur untuk kemuliaan Tuhan.
I Kor. 10:31 Aku menjawab: Jika
engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang
lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar