ANAK DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGIS *
A.
Pengantar
“X” adalah seorang anak
perempuan yang berusia 6 tahun dan ia mengikuti kelas sekolah minggu. Ia tidak
pernah duduk diam di kelas, selalu bergerak dan bermain sendiri.Ia tidak pernah
mau mengumpulkan persembahan.Bila berbicara lafalnya kurang jelas dan ia akan marah serta berteriak jika
dilarang. Suatu kali, ia bertengkar
dengan temannya ketika sedang bermain dan ia dipukul. Ia menangis keras sekali sehingga semua mata tertuju
padanya dan suasana kelas berubah
menjadi gaduh. Ia menangis sambil duduk dan menghentak-hentakkan kakinya.
Walaupun telah dibujuk oleh kakaknya, ia tetap menangis.
Bukan hal yang mudah jika
menghadapi anak seperti “X” tersebut diatas dan bukan hal yang mudah untuk
dapat memahami anak. Namun, mengapa kita harus memahami anak? Bukankah kita
dapat mengabaikan X dan memperhatikan murid
sekolah minggu lain yang lebih besar jumlahnya? Hal ini mengacu kepada
tindakan yang telah dilakukan Yesus dengan mencari 1 domba yang hilang dan
meninggalkan 99 domba lainnya. Bahwa satu juga adalah berharga di mata Tuhan.
Dengan dasar itulah maka kita (pelayan anak) harus dapat memahami anak, setiap
anak dengan keunikannya mereka masing-masing. Pemahaman yang benar akan keberadaan mereka akan dapat
membantu anak mengembangkan kemampuannya – memunculkan potensi-potensi yang
secara genetik dimiliki anak.
Guru pada umumnya
(termasuk Guru Sekolah Minggu/ pelayan anak) memainkan peranan penting dalam
perkembangan anak. Guru menyediakan pengalaman dan sarana yang mendorong
perkembangan kemampuan anak dan
memperluas pengetahuan mereka mengenai lingkungan. Guru Sekolah Minggu /
pelayan anak secara khusus juga harus mampu menumbuhkan minat anak untuk mau
bersekutu dengan saudara seiman dan kecintaan terhadap Yesus sebagai
Juruslamat mereka. Untuk itu Guru Sekolah Minggu / pelayan
anak harus dapat memahami keberadaan anak dan menyediakan
lingkungan yang penuh kasih bagi anak agar anak selalu bersedia datang ke Sekolah Minggu. Situasi kelas yang
diciptakan GSM/ pelayan anak, strategi mengajar dan materi yang digunakan hanya
akan efektif jika memperhatikan
perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional dan moral anak.
Diharapkan kegiatan belajar mengajar menjadi proses
yang aktif dan kreatif sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan anak.
Tugas GSM/ pelayan anak bukan sekedar memberikan pengetahuan kepada anak, melainkan
menumbuhkan minat serta merangsang
anak untuk mengenal Sang
Juruslamat. Ini bukanlah hal yang mudah, tetapi pemahaman akan tahap-tahap
pekembangan anak akan membantu GSM/ pelayan anak untuk melakukan kegiatan belajar mengajar
secara efektif.
A.
Perkembangan Anak menurut
pertambahan usia
1.
Usia Anak Dini ( 2 – 6 tahun)
Masa anak dini merupakan periode
yang penuh kreativitas, fantasi dan kegiatan bermain. Mereka melihat lingkungan sebagai sarana untuk menuangkan
imaginasi mereka.
Pada
masa ini, kemampuan berkomunikasi dan bahasa berkembang dengan cepat.
Istilah-istilah baru, penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks
sosial dan struktur bahasa berkembang
dengan cepat. Perkembangan ini berjalan seiring dengan pengetahuan mereka
mengenai lingkungan dan terutama berkaitan dengan aktivitas rutin sehari-hari.
Perkembangan
fisik juga terjadi dengan cepat. Gerakan hati-hati ketika masih bayi berubah
menjadi gerakan yang lebih luwes dalam berlari, melompat, mereka tidak
hanya berbicara, tetapi juga berteriak, menyanyi dan bergumam. Pada masa
ini, mereka tidak dapat duduk tenang. Mereka
aktif memegang, mencium dan merasakan segala sesuatu yang terdapat di
sekitarnya.
Secara
sosial dan emosional, mereka mencari lingkungan/orang yang dapat dipercaya yang
dapat memberi mereka afeksi. Mereka
menjadi tertarik berhubungan dengan orang lain dan mau meluangkan waktu untuk
bermain dengan teman. Kadang-kadang,
mereka juga bertindak agresif dan egois sehingga merusak interaksi.
Tahap Perkembangan
|
Implikasi Kegaiatan Belajar Mengajar
|
Perkembangan Fisik:
Ø Peningkatan kemampuan motorik , misalnya: berlari, melompat, melempar
bola, memegang pinsil.
Ø Peningkatan kemampuan dalam mengurus diri sendiri maupun kebersihan
diri
Perkembangan Kognitif:
Ø Kemampuan bahasa berkembang dengan cepat
Ø Dapat membuat gambar sederhana
Ø Memiliki pengetahuan akan warna, huruf dan angka.
Ø Kemampuan berpikir (menurut
orang dewasa) ‘kurang logis’.
Perkembangan Sosial – Emosional:
Ø Memahami perbedaan jenis kelamin
Ø Dapat mengucapkan salam dan berbagi mainan
Ø Timbulnya kesadaran akan emosi orang lain (menunjukkan simpati untuk orang yang bersedih/kesusahan)
Perkembangan Moral:
Ø Tumbuhnya kesadaran bahwa beberapa perilaku adalah salah dan dapat
membedakan perilaku yang benar dan
salah berdasarkan konsekuensi yang
diterima dirinya sendiri
|
Ø Menyediakan sarana belajar yang kaya dengan rangsang sensoris,
misalnya : box pasir,mainan kertas untuk diwarnai, dll.
Ø Mendorong tumbuhnya rasa tanggungjawab.
Ø Membacakan cerita untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan
memperkenalkan ‘dunia baca’
Ø Memperkenalkan berbagi variasi
kejadian di lingkungan melalui
kegiatan piknik maupun
gambar-gambar di buka
Ø Memberikan kesempatan untuk bermain dan berinteraksi dengan teman
sebaya.
Ø Memberikan kesempatan untuk bermain peran atau sosio – drama.
Ø Memperlihatkan harapan yang konsisten untuk suatu perilaku sehingga
anak belajar mengikuti aturan.
|
2. Usia Anak
Sekolah (6 – 10 tahun)
Pada usia ini, perhatian terhadap
tugas-tugas sudah dapat dipertahankan. Mereka lebih memperhatikan bagaimana
lingkungan sekitar dan mereka memperlihatkan perhatian untuk mempelajari
kebiasaan, adat dan budaya lingkungan. Timbul komitmen yang lebih serius kepada
teman, terutama teman seusia dan sejenis kelamin. Anak juga mulai membandingkan
diri mereka dengan orang lain, contoh : kenapa temanku lebih sedikit dari si
“A”? Apakah aku cukup baik untuk dipilih kegiatan drama natal?
Anak mulai menginternalisasikan
larangan-larangan yang sering didengar berulang-ulang. Mereka mulai tahu apa
yang diharapkan dan mereka berusaha memenuhi harapan itu. Aturan dalam bermain
dan perilaku dalam kelas menjadi penting, walaupun kadangkala mereka juga
melanggar aturan.
Tahap Perkembangan
|
Implikasi Kegiatan Belajar mengajar
|
Perkembangan Fisik:
Ø Terus bertambah tinggi dan berat badan
Ø Dapat menguasai gerakan fisik
yang kompleks
Ø Meningkatkan kelancaran dalam ketrampilan motorik, misalnya : menulis
dan menggambar.
Perkembangan Kognitif:
Ø Mengembangkan kemampuan baca, tulis, matematika dan tugas-tugas
sekolah lainnya.
Ø Dapat memberi alasan logis berdasarkan kejadian-kejadian konkrit.
Ø Masih terbatas kemampuan untuk berpikir abstrak
Perkembangan Sosial – Emosional:
Ø Menginginkan waktu bermain dengan teman-teman, terutama yang berjenis
kelamin sama
Ø Dapat bermain dengan permainan yang ada aturannya
Perkembangan Moral:
Ø Memahami aturan moral yang bersifat dasar sesuai dengan norma sosial.
Ø Timbulnya rasa malu dan bersalah jika melakukan perilaku yang
bertentangan secara moral.
|
Ø Yakini bahwa semua anak memiliki ketrampilan dasar (baca tulis)
Ø Berikan tugas-tugas baru yang menantang untuk mendorong anak
mempelajari ketrampilan baru.
Ø Berikan penjelasan lisan dengan contoh-contoh konkrit , gambar atau
aktivitas konkrit.
Ø Mendorong anak untuk bersikap kritis
Ø Berikan arahan untuk membantu anak berinteraksi lebih baik dengan
teman-teman dan mempertahankan hubungan yang harmonis, misalnya : cara
menyelesaikan konflik dengan
mempertimbangkan kebutuhan teman.
Ø Beritahukan aturan-aturan yang berlaku di Sekolah Minggu agar kebaktian dapat berjalan dengan lancar
|
3. Usia Remaja Awal (10 -14 tahun)
Remaja lambat laun kehilangan
bentuk tubuh anak-anak dan menjadi
matang secara reproduksi. Perkembangan fisik diimbangi
dengan reorganisasi dalam proses belajar, peran yang diharapkan
dalam keluarga dan sifat hubungan sosial
dengan teman sebaya.
Perubahan
fisik karena pubertas sebetulnya dapat diramalkan dapat
tetapi remaja sering mengalami hal itu sebagai hal baru sehingga kadangkala membingungkan mereka. Remaja
terlihat canggung dan perubahan hormonal
dapat membuat emosi cepat berubah (tidak stabil). Mereka menjadi lebih sensitif mengenai pendapt orang lain tentang mereka.
Mereka juga sangat peduli terhadap pendapat teman sebaya bagi mereka (apa yang dipikirkan
teman tentang saya? Bagaimana penampilan saya?) Teman sebaya merupakan tempat dimana
mereka memperoleh dukungan sosial dan
mencari kenyakinan akan penampilan maupun perilaku mereka.
Kemampuan
kognitif juga berkembang lebih baik yang memungkinkan remaja dapat berpikir
lebih logis, abstrak dan sistematis. Pandangan terhadap lingkungan/dunia
menjadi lebih luas (tidak hanya sebatas keluarga dan teman sebaya). Keinginan
akan kekuasaan dan idealisme mulai muncul sehingga banyak remaja yang menentang
aturan-aturan yang berlaku. Pada masa ini mereka juga menjadi lebih kritis
Tahap Perkembangan
|
Implikasi Kegiatan Belajar Mengajar
|
Perkembangan Fisik:
Ø Masa pubertas, kesadaran akan perubahan fisik
Ø Menampilkan perilaku yang cenderung berisiko
Ø Peningkatan perilaku agresi, terutama pada anak laki-laki
Perkembangan Kognitif:
Ø Kemampuan berpikir abstrak
Ø Menghadapi tugas-tugas sekolah yang lebih kompleks
Ø Timbulnya idealisme tentang isu-isu sosial politik.
Perkembangan Sosial – Emotional:
Ø Semakin tertarik akan hubungan dengan teman
Ø Timbul ketertarikan seksual dengan lawan jenis
Ø Kadang-kadang menetang aturan orangtua/guru
Perkembangan Moral:
Ø Cenderung berpikir bahwa
aturan harus diikuti untuk kebaikan mereka sendiri.
|
Ø Memperlihatkan kepekaan terhadap remaja yang mengalami masa pubertas
Ø Memperkenalkan konsep-konsep abstrak
Ø Membuat kegiatan belajar mengajar yang menantang dengan menggabungkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki, misalnya klipping
tentang kemurahan hati dan melakukan cara-cara untuk menunjukkan kemurahan hati terhadap
korban bencana
Ø Memberikan kesempatan untuk ambil bagian dalam membuat keputusan di
kelas
Ø Berikan konsekuensi positif jika dapat memenuhi aturan dan konsekuensi negatif jika melanggar aturan. Terangkan
juga alasan bagaimana perilaku yang
ditampilkan dapat melukai/ melanggar hak orang lain
|
A.
Perkembangan Psikologis anak
yang diperngaruhi oleh Lingkungan
Selain
mengenal anak di dalam tahap-tahap perkembangan psikologisnyanya sesuai dengan
umurnya, mengenal Lingkungan dimana anak bertumbuh juga adalah sesuatu yang
sangat penting untuk diperhatikan oleh para GSM / pelayan anak. Karena anak itu
sendiri ada sebagaimana adanya dia,
bertumbuh tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dari dalam
dirinya sendiri tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan
ini mencakup lingkungan terdekatnya dimana
dia dibesarkan sampai kepada lingkungan yang lebih luas yaitu menyangkut budaya
dan idiologi negara.
Urie Bronfenbrenner mengemukakan ada 5 lapisan
lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan psikologi anak, yaitu:
1.
Mikrosistem, lingkungan dengan siapa anak
berinteraksi secara langsung dalam kesehariannya seperti ayah, ibu, anggota
keluarga, guru dan teman-teman sekolah, guru sekolah minggu, lingkungan
dimana anak melakukan aktivitas dan
menjalankan perannya, memberikan pengaruh besar bagi kehidupan anak.
2.
Mesosistem, lingkungan
yang berpengaruh bukan cuma yang langsung berhubungan dengan anak akan tetapi
interaksi antaranya juga bisa berpengaruh. Misalnya : keterlibatan orang
tua dengan sekolah anaknya, kerjasama
ibu dengan guru sekolah minggu untuk
bersama- sama mengusahakan anak senang
mengikuti kegiatan sekolah minggu. Dalam hal ini pertentangan orangtua
terhadap aturan-aturan sekolah
akan memberikan dampak bagi berbagai
aspek perkembangan anak,
3.
Ekosistem, berbagai urusan yang tampaknya bukan merupakan bagian dari perkembangan
anak seperti, jenjang karir yang harus dikejar ayah oleh ayah, seringnya tugas
keluar kota atau tuntutan tugas ibu yang terlalu banyak di luar, kegiatan
sosial yang menjadi bagian kehidupan
orang tua,selain dapat menimbulkan stress dan ketegangan, juga menyita waktu
dan kebersamaan orangtua dengan anaknya. Hal-hal semacam ini pun dengan
berbagai cara dan variasi, akan berpengaruh terhadap kehidupan berkeluarga dan
perkembangan anak.
4.
Makrosistem, keseluruhan pola budaya yang mempengaruhi kehidupan anak termasuk
sistem nilai, kondisi sosial ekonomi, gaya hidup dengan berbagai cara juga
mempengaruhi kehidupan seorang anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam sistem
keluarga batih akan berbeda perkembangannya daripada mereka yang berasal dari
keluarga yang sistem kekerabatannya sangat erat dengan keluarga besar yang ikut
“membesarkan” anak.
5.
Kronosistem, dimensi waktu dan masa dimana anak hidup, termasuk perubahan yang
terjadi dalam kondisi komposisi keluarga, kejadian-kejadian khusus seperti
peperangan, kehidupan dengan mobilitas yang tinggi, era globalisasi,
komputerisasi dan media elektronik yang melanda sebagian besar aspek kehidupan
manusia, memberikan pengalaman serta pengaruh khusus bagi kehidupan dan proses
perkembangan anak.
Di
samping perlu memahami hal-hal umum yang berkaitan dengan karakteristik khusus
tahapan perkembangan yang berbeda, perlu diperhatikan pula bahwa setiap anak:
- Individu yang unik
- Memiliki berbagai kemampuan yang berbeda – multiple intelligence
- Membutuhkan pengalaman serta stimulasi yang tepat
- Stimulasi dari berbagai kemampuan perlu disertai dengan penanaman
nilai, moral serta keimanan anak, yang dilakukan secara sengaja agar anak dapat
menjawab berbagai tantangan hidup.
B.
Peran Gereja Sekolah Minggu
Di
samping orang tua, Guru Sekolah Minggu mempunyai peran besar dalam mempengaruhi perkembangan anak, bukan
saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan rohani dan keimanan anak,
tetapi juga mencakup aspek-aspek yang
lebih luas.
Sosok
guru, khususnya bagi anak usia sekolah merupakan tokoh yang sangat dipercaya.
Anak mudah percaya pada apa yang
diajarkan oleh guru sekolah ataupun guru
sekolah minggu. Guru Sekolah Minggu seringkali dikagumi, dan dijadikan panutan.
Ketika anak merasa bersahabat dengan GSM nya mereka akan mudah menerima
ajaran, nilai, moral dan kedekatan mampu
menumbuhkan kehidupan rohani anak.
Pendekatan perlu dilakukan secara luwes dan
disesuaikan dengan perkembangan anak.
Mengajar anak usia SD masih bisa
dilakukan satu arah, akan tetapi pra
remaja mulai berpikir lebih kritis, oleh karenanya metode diskusi akan
membangun kemampuan berpikir dan membuka peluang GSM mengetahui logika berpikir
mereka serta memberikan kesempatan meluruskan hal-hal yang tidak sejalan dengan
apa yang seharusnya.
“Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa
tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
(Amsal 22 : 6)
mf cuma mau cerita kisah nyata aku dalam kesuksesan aku,begini aku dulu anak petani 3bersaudara aku anak ke 3,3tahun yang lalu orang tuaku pusing karna banyak hutangnya gara gara aku disekolahkan sampai lulus s1,tapi aku diam2 mencari jalan keluar permasalahan kami and cek di internet sahpa tau ada orang pintar bisa membantu,tapi lama kelamaan aku temukan posting orang yang pernah minta bantuan ama mbah sangrego degan nonya085756670667,tapi awal takut hubungi karna kata orang larangan agama,aku beranikan diri telpon beliau degar cerama atau arahanya ternyatah bukan juga jalan sesat,tergantun keyakinan kata mbahnya,banyak juga pilihan aku diberikan ada,uang balik,dana hibah,uang gaib,dll...tergantun keinginan kita juga dan tidak ada tumbal,berkat bantuan beliau aku tak terbebagi hutang orang tua lagi,dan orang tua pun senang setelah aku ceritakan semuanya,terima kasih,wassalam.
BalasHapus