Makna Hidup

Hidup tidak hanya untuk menerima pemberian dari yang telah Tuhan sediakan,

tapi kita hidup juga perlu untuk menjaga apa yang telah Tuhan berikan, mengembangkannya dan berbagai dengan sesama

Kamis, 04 Maret 2010

Bahan Sermon Evangelium Minggu 7 Maret 2010 HKBP Pekalongan


Yesus Menghadiri Pesta Pernikahan di Kana
(Yohanes 2 : 1 – 11)
Mujizat Yesus merubah Air menjadi Anggur, dicatat Injil Yohanes sebagai mujizat yang pertama dimana, Yesus mulai menyatakan siapa dirinya kepada khayalak umum, meskipun Yesus mengatakan sesungguhnya waktunya belum tiba. Mujizat ini menjadi sesuatu yang sangat menarik karena  terjadi di saat Yesus sesunngguhnya belum siap untuk melakukanNya. Lebih khusus lagi karena ibunya memohonkan kepadaNya dengan kerendahan dan kesungguhan di dalam iman kepada anak yang sekaligus Tuhannya. Karena merupakan mujizat yang pertama dimana Ia menyatakan ”keilahianNya” kepada orang banyak, maka peritiwa ini sering juga disebut sebagai sebuah peristiwa ephipani Tuhan (peristiwa Tuhan menyatakan diriNya.)


Pada hari yang ketiga, ada perkawinan di Kana. Kata pada hari yang ketiga, bisa mengandung banyak arti, ini bisa berarti pada hari yang ketiga setelah Yesus memutuskan berangkat ke Galilea sebagaimana yang dicatat di Dalam Yohanes 1 : 43, Seorang Teolog yang bernama Carson, DA mencatat bahwa jarak antara Nazaret ke Galilea sekitar 7,5 Mil danuntuk sampai ke Galiliea membutuhkan perjalan 2 sampai 3 hari(Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England, 1991, hlm 168). Akan tetapi beberapa teolog lainnya dengan sederhana menjelaskan artihari ketiga itu dengan urutan-urutan hari, yaitu hari ketiga setelah Yesus menerima baptisan dari Yohanes, dimana ia dinyatakan Tuhan sebagai Anak Allah yang dikasihi, Mesias yang diurapi. 


Satu hal yang menarik, dari cerita ini adalah Yesus pergi bersama dengan ibuNya (demikian juga 6 murid-muridNya) yang pertama ke sebuah pesta dimana Dia dan IbuNya diundang. Orang Batak bilang ”Gokkon Sipaimaon, Jou-Jou Sialuson”. Jadi Kehadiran Yesus ke pesta itu adalah untuk menjawab undangan yang sampai kepadaNya. Dengan kita bisa melihat betapa Yesus menghargai orang-orang yang menghargai Dia. Dia akan datang kepada orang-orangyang mengundang Dia datang. Sesibuk-sibuknya Tuhan, Dia akan memberi waktunya menjawab panggilan dan undangan kita. Ini juga berarti bahwa Yesus sangat menghargai tradisi dan adat pernikahan yang dilaksanakan di dalam hidup dan tardisi Yahudi.

Apa yang terjadi kemudian, menjadi lebih menarik lagi ketika pesta sedang berjalan, tuan rumah pesta kehabisan anggur. Dan jika ini tidak segera diatasi maka pesta yang tadinya penuh dengan kemeriahkan mungkin akan berubah menjadi kekacauan dan duka.

Maria sebagai salah satu undangan yang hadir di pesta itu melihat peristiwa ini menjadi bagian dari pergumulannya, ia tidak tinggal diam menyaksikan sang tuan rumah (hasuhutan) kebingungan mengatasi masalah sendiri, ia tidak hanya menonton akan tetapi ia langsung tergerak untuk mencari cara membantu tuan rumah itu untuk mengatasinya.  Dia terbeban untuk berperan serta menjaga agar sukcita pesta itu tetap terpelihara, dia tidak mau membiarkan dirinya terjebak kepada sikap ”senang atas penderitaan oranglain”  atau sebagaiknya ”menderita atas sukacita orang lain” (senang melihat orang susah  atau susah melihat orang senang – SMS).
Ini menggugah kita yang hidup di jaman kita sekarang ini. Kita pasti akan selalu mendapat undangan dari orang-orang yang mengasihi kita untuk bersama-sama bersukacita didalam sukacita mereka, apakah ketika mereka bersukcita karena pernikahan anak mereka, karena promosi jabatan atau lain-lain pertemuan yang mengundang dan melibatkan kita.

Apakah peran kita sebagai orang-orang yang diundang akan memelihara sukacita mereka dengan bersama-sama memikirkan dan menolong mereka menjaga agar acara mereka dapat berjalan dengan baik, menjaga agar mereka tidak kekurangan atau kalaupun terjadi kekurangan, kita terpanggil untuk berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasinya?
Atau sebaliknya, kehadiran kita malah menjadi sumber masalah bagi mereka, atau dengan sadar kita menjadi sumber kekurangan mereka (yang seharusnya cukup satu piring misalnya, namun kita ambil tiga piring karena beerpikir untuk dibawa pulang). Atau kehadiran kita malah membuat Hasuhutan (tuan rumah) sedih karena kita mengata-ngatai kekurangan di dalam pesta mereka itu, dan sebagainya.

Maria memberikan teladan kepada kita bagaimana kita seharusnya bersikap sebagai orang-orang yang mungkin akan diundang ke acara sahabat-sahabat atau keluarga kita. Seharusnyalah kita berusaha memberikan sesuatu sumbangsih, tenaga dan pikiran serta kemampuan kita untuk membuat acara mereka dapat berjalan dengan baik dan membuat  sukcita mereka menjadi sempurna.

Maria kemudian menemui Yesus untuk menyampaikan permohonannya agar Yesus melakukan sesuatu untuk menolong tuan rumah itu. Maria pasti sangat mengenal anaknya, dan tentunya dia tahu bahwa Yesus bisa melakukan sesuatu. Akan tetapi Yesus menegur ibunya, karena belum tiba waktunya bagi Yesus untuk menyatakan secara terbuka siapa Dia yang sesungguhnya.

Maria ditegur, karena ia, sebagai ibu-Nya sendiri, mengharapkan pertolongan dari Yesus dengan harapan yang keliru, sehingga dia ditegur (ayat 4). Lalu, dalam ayat 5, Maria menerima teguran yang lemah lembut itu, tetapi dia masih mengharapkan pertolongan dari Yesus. Dengan kata lain, dalam ayat 3 ibu Yesus datang sebagai ibunya dan dia ditegur, sedangkan dalam ayat 5 dia datang sebagai orang percaya, dan permohonannya diterima. Dalam Matius 15:21-28 dan Yohanes 4:47-50 terlihat suatu pola yang sama. Tuhan Yesus diminta melakukan sesuatu. Dia menolak, orang yang minta, ketika ia tetap meminta, dan Tuhan Yesus mengabulkan permintaannya. Di sini, kita juga melihat bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh menghargai ketabahan dalam doa. Jika seandainya iman dari Maria kurang kuat. mungkin dia akan berpikir, "Ya sudah, aku ditolak, aku harus mengurus masalah ini sendiri tanpa Yesus." Akan tetapi, karena imannya kuat, Maria tetap sabar dalam permohonan, dan dia meninggalkan masalah ini dalam tangan Tuhan Yesus. Sikap ini memang tidak dicatat secara jelas, namun kita dapat diduganya bahwa setelah Maria mengatakan sebuah pesan kepada pelayan-pelayan pesta perkawinan, dia keluar dari ruangan itu.

Ayat 5 menjelaskan, Maria menyikapi teguran Tuhan Yesus itu, Maria secara bijaksana tidak mempermasalahkan saat itu. Apabila Maria tidak dapat menyuruh Tuhan Yesus, maka dia dapat memerintahkan para pelayan untuk mentaati perintah Yesus. Dengan demikian Maria menunjukkan keyakinannya pada Tuhan Yesus. Perkataan Maria yang tercantum dalam Alkitab hanya sedikit, tetapi apa yang dicatat dalam ayat ini sungguh jelas mengarahkan kita kepada kuasa dan kemuliaan Tuhan Yesus sendiri. Dengan ini , sangatlah jelas bagi kita bahwa Maria juga sangat mengenal bahwa kata-kata yang akan diucapkan Yesus mengandung kuasa.

Terdapat 6 tempayan, yang masing-masing isinya 2-3 buyung (
μετρητης - metrêtês), adalah takaran Yunani bagi bahan cair ± sepadan dengan בת - BAT, dan dengan demikian ± 39,5 ltr. Jadi tempayan-tempayan dari batu yang digunakan dalam pesta nikah di Kana itu masing-masing bermuatan antara 80-120 liter )

Hal pembasuhan atau pentahiran, dalam adat orang Yahudi adalah sangat penting bagi orang Yahudi, sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Markus 7: 1-7. Tempayan ini disediakan untuk pembasuhan, ini lazim ada di setiap rumah tangga orang Yahudi yang setia pada agama mereka harus dilengkapi dengan tempayan seperti ini. Tidak secara kebetulan kita diberitahu bahwa tempayan itu disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi. Catatan ini menjadi petunjuk bagi para pembaca supaya suatu tema pokok dalam Injil Yohanes menjadi lebih nyata. Di dalam wadah agama lama, agama dan adat orang Yahudi, Tuhan Yesus menciptakan anggur.

Untuk mengatasi keadaan darurat tersebut, Yesus mempergunakan enam tempayan itu sebagai wadah anggur yang diciptakan. Sesuai dengan perintah ibu Yesus, pelayan-pelayan itu melakukan apa yang Dia katakan. Tempayan itu diisi penuh, sehingga tidak ada ruangan untuk menambah anggur atau sesuatu pun.

Setelah semua tempayan itu terisi penuh air, Yesus menyuruh para pelayan mencedok isinya. Yang dimaksudkan rupanya memindahkan isi tempayan-tempayan itu ke tempat yang lebih kecil. Isi yang telah dipindahkan itulah yang dibawa kepada pemimpin pesta. Beberapa orang menafsirkan bahwa pemimpin pesta ini tidak lebih dari kepala pelayan saja: sedangkan penafsir yang lain beranggapan bahwa dia adalah sahabat mempelai laki-laki yang dimintai tolong untuk bertindak selaku pemimpin upacara pesta tersebut (bandingkan Kebijaksanaan Yesus Bin Sira 32:1 dst).

Rasa anggur tersebut meyakinkan sang pemimpin pesta itu bahwa mutunya lebih baik, begitu jauh lebih baik sehingga dia merasa perlu memuji tuan rumah karena memperlakukan paru tamunya dengan demikian luar biasa dengan memberikan anggur yang baik pada akhir pesta, yaitu ketika banyak orang pada umumnya sudah demikian kenyang sehingga tidak bisa lagi membedakan antara anggur yang baik dan yang kurang baik. 

Dengan berubahnya Air menjadi Anggur itu, Tuhan Yesus telah  memberi hadiah pernikahan yang besar dan mahal kepada mempelai, meskipun ia memberi tanpa sepengetahuan sang mempelai! 

Bukankah itu menjadi sesuatu yang indah, bahwa dalam tanda yang pertama ini, pemimpin pesta dan mempelai laki-laki tidak mengerti dari mana datangnya anggur itu? Hanya pelayan-pelayan itu yang mengerti. Tuhan Yesus tidak segan-segan melakukan mukjizat yang hanya dimengerti oleh beberapa bawahan saja.

Peristiwa air pembasuhan menurut adat orang Yahudi yang menjadi anggur yang baik merupakan yang pertama dari beberapa peristiwa yang membandingkan Yesus dengan adat atau agama Yahudi. Perbandingan ini telah diringkaskan bagi kita dalam Yohanes 1:17, yang berkata, "hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus." Peristiwa air pembasuhan yang menjadi anggur yang baik dapat dianggap sebuah perumpamaan yang menjadi kenyataan. Dalam sebuah perumpamaan, biasanya peristiwa itu tidak pernah terjadi, tetapi dalam ayat ini apa yang sungguh terjadi mengandung makna, sama seperti sebuah perumpamaan mengandung makna. Makna "perumpamaan yang menjadi kenyataan" ini adalah bahwa Yesus Kristus menghidangkan sesuatu yang jauh lebih indah daripada apa yang ditawarkan bagi orang Yahudi dalam adat mereka.

Ayat 11 menyebut "Yang pertama dari tanda-tandaNya". Yohanes menyinggung permulaan (Yunani, αρχη - arkhê) tanda-tanda adalah penting, karena ini menunjukkan bahwa cerita-cerita tentang mujizat-mujizat masa kanak-kanak Yesus tidak dapat dibenarkan. Pernyataan ini juga menolak "injil-injil Aprokrif" yang melaporkan serangkaian mujizat yang dilakukan Yesus ketika masih kanak-kanak. Ada orang mengarang cerita bahwa waktu Yesus masih balita, Ia bisa mengubahkan burung dari tanah liat menjadi burung yang hidup, namun cerita ini tidak terdapat dalam tulisan-tulisan yang ditulis pada abad pertama, dan para ahli kitab menganggap cerita tersebut sebagai "Apokrifa" (Carson, hlm 169, bandingkan artikel di Injil-injil Rahasia (Apokrif),bab 3, Masa Kecil, di injil-injil-rahasia-apokrif- ). 

Kehadiran Yesus telah menjadi berkat bagi tuan rumah itu, sehingga segala sesuatunya tercukupkan, bahkan menjadi lebih baik. Nas ini mengajak kita untuk melibatkan dan mengundang Tuhan hadir di dalam segala peristiwa kehidupan kita khususnya di dalam acara-acara yang kita ingin laksnakan. Undangan Yesus sebagai unddangan yang pertama, jangan terus ke tulang, namboru atau yang lain.
Nas ini juga mengajak kita untuk tidak ragu-ragu akan setiap firman yang diucapakan oleh Tuhan. karena setiap firman yang terucap mempunyai kuasa. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar