Makna Hidup

Hidup tidak hanya untuk menerima pemberian dari yang telah Tuhan sediakan,

tapi kita hidup juga perlu untuk menjaga apa yang telah Tuhan berikan, mengembangkannya dan berbagai dengan sesama

Selasa, 16 Maret 2010

Makanan Yang Boleh Kita Makan


”MAKANAN APAKAH YANG BOLEH KITA MAKAN ?”[i]


I.    Ketika Penciptaan (sebelum manusia jatuh ke dalam dosa)

Tuhan mengatakan bahwa makanan yang Tuhan sediakan bagi manusia adalah makanan dari segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan dari segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji.
Kej.  1 : 29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
Kej. 3 : 18   Semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
Kej. 3 : 19   Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

II. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa

Manusia mulai mengalami kesulitan di dalam mencari makanannya, dan makanan manusia mulai berkembang, manusia mulai memakan daging-dagingan, misalnya Habil yang mulai beternak domba, selain untuk dipersembahkan sebagai kurban kepada Tuhan. hasil peternakannya juga digunakan untuk makanan sehari-hari.
      Akan tetapi kebiasaan ini dipandang Tuhan tidaklah baik untuk kehidupan manusia sehingga Tuhan membatasi ”makanan” manusia itu.
Kej. 9 : 3     Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.
Kej. 9 : 4     Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.

III.       Manusia Pada jaman Air Bah

      Menurut tradisi iman kekristenan, disinilah sesungguhnya awal dimana secara resmi Allah menginjinkan manusia untuk memakan’daging-dagingan”. Keinginan manusiadi jaman itu yang sangat senang memakan daging dilihat Allah sebagai salah satu sumber berbagai kejahatan dan kebringasan manusia. Allah mulai membatasi kembali makanan manusia. Mulailah muncul istilah haram dan halal.
Kej.  7 : 2    Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya;
Kej. 7 : 8     Dari binatang yang tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi,
Kej. 8 : 20   Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.

Akan tetapi satu hal yang perlu kita ketahui di dalam hal ini, bahwa tentang makanan (hewan-hewan) yang haram dan yang halal di dalam masa ini belumlah tentu dengan apa yang tertulis di dalam kitab imamat. Karena pewahyuan dan perintah Tuhan pada saat itu belumlah diberikan secara gamblang kepada Nuh. Haram dan halal pada jaman ini masih berdasarkan ”ketentuan Nuh’

Di lain pihak, menurut para ahli,  sesungguhnya nas ini ditambahkan atau disisipkan kemudian oleh para imam-imam Yahudi di jaman pembuangan untuk meneguhkan dan melegitimasi peraturan-perturan Taurat Yahudi.

IV. Makanan Manusia di jaman Musa

Di jaman Musa makanan haram dan halal diaturkan sangat ketat. Banyak orang Yahudi, Islam dan Kristen menyakini apa yangtertulis secara terperinci tentang makanan haram dan halal yang terurai di dalam kitab Imamat adalah perintah langsung dari Tuhan (Firman Tuhan), sehingga mau atau tidak mau harus dituruti.
Im.  11 : 4   Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.
(bnd. Ul  14 : 7 Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari antara yang memamah biak atau dari antara yang berbelah dan bersela kukunya: unta, kelinci hutan dan marmot, karena semuanya itu memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram semuanya itu bagimu.)
Im.  11 : 5   Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.
Im. 11 : 6    Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu.
Im.11 : 7     Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.
(bnd. Ul.  14 : 8 Juga babi hutan, karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya).
Im. 11 : 8    Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.
Im. 11 : 26 yakni segala binatang yang berkuku belah, tetapi tidak bersela panjang, dan yang tidak memamah biak; haram semuanya itu bagimu dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis.
Im. 11 : 27 Demikian juga segala yang berjalan dengan telapak kakinya di antara segala binatang yang berjalan dengan keempat kakinya, semuanya itu haram bagimu; setiap orang yang kena kepada bangkainya, menjadi najis sampai matahari terbenam.
Im. 11 : 28 Dan siapa yang membawa bangkainya, haruslah mencuci pakaiannya dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. Haram semuanya itu bagimu.
Im. 11 : 29 Inilah yang haram bagimu di antara segala binatang yang merayap dan berkeriapan di atas bumi: tikus buta, tikus, dan katak menurut jenisnya
Im. 11 : 31 Itulah semuanya yang haram bagimu di antara segala binatang yang mengeriap. Setiap orang yang kena kepada binatang-binatang itu sesudah binatang-binatang itu mati, menjadi najis sampai matahari terbenam.
(bnd. Ul. 14 : 9 Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air; segala yang bersirip dan bersisik boleh kamu makan,  Ul.  14 : 10 tetapi segala yang tidak bersirip atau bersisik janganlah kamu makan; haram semuanya itu bagimu.)
Im. 20 : 25 Kamu harus membedakan binatang yang tidak haram dari yang haram, dan burung-burung yang haram dari yang tidak haram, supaya kamu jangan membuat dirimu jijik oleh binatang berkaki empat dan burung-burung dan oleh segala yang merayap di muka bumi, yang telah Kupisahkan supaya kamu haramkan.
Bnd. Ul.  14:11 Setiap burung yang tidak haram boleh kamu makan. Ul.  14 : 19 Juga segala binatang mengeriap yang bersayap, itu pun haram bagimu, jangan dimakan. Ul. 14:20 Segala burung yang tidak haram boleh kamu makan.

Akan tetapi para teolog kurang begitu setuju dan kurang menerima kalau dikatakan bahwa peraturan tentang makanan haram dan halal itu datangnya dari Tuhan secara langsung. Penelitian secara mendetail terhadap latar belakang sosial, latar belakang sastra dan lain sebagainya membuktikan bahwa peran dari kaum imam Yahudi sangatlah besar di dalam menentukan hukum-hukum Yahudi. Meski mengambil nama Musa, seolah-olah Tuhan menyempaikan hukum-hukumnya itu secara mendetail kepada Musa, lalau Musa menuliskannnya dan menyempaikannya kepada kaun Israel. Akan tetapi para ahli-ahli teolog menemukan perbedaan sastra yang sangat jelas antara tulisan-tulisan di jaman Musa dengan tulisan-tulisan di jaman imam di masa pembuangan.

Umumnya para teolog setuju bahwa kitab imamat dan ulangan itu dituliskan oleh para imam ketika mereka sedang meratapi keadaan mereka di pembuangan Babel, dan mengenang masa-masa indah mereka di Yerusalem. Mereka teringat akan kekhususan mereka sebagai umat Allah, yang menerima anugerah khsusus sebagai bangsa pilihan Tuhan. Akan tetapi oleh karena segala perbuatan mereka yang tidak lagi menghargai persekutuan mereka dengan Tuhan maka mereka dihukum Tuhan dengan pembuangan. Ke dalam keadaan yang demikianlah mereka mulai menuliskan kembali tradisi-tradisi lisan nenek moyang mereka, mulai dari penciptaan, air bah, pemanggilan bapa-bapa leluhur, perjalanan dari Mesir ke Kanaan, tradisi Sinai dan berbagai perturan peribadahan lainnya sampai ke soal makanan haram dan halal. Semua dituliskan scr mendetail.

IV.       Makanan Haram dan Halal di jaman Tuhan Yesus

      Yesus hidup di dalam tradisi Yahudi yang sangat kuat, demikian juga soal makanan haram dan halal. Sebagai seorang Yahudi sejati, Ia begitu taat akan tradisi ini. Akan tetapi ketika pemanggilanNya sebagai Mesias dimulai, Yesus mulai berpandangan lain tentang berbagai tradisi keras oran Yahudi tersebut, Yesus mulai memahami apa yang sedang dihidupi oleh orang-orang Yahudi adalah kemunafikan belaka. Yesus melihat ketaatan yang ”memuakkan” dari ketaatan orang Israel terhadap hukum-hukum yahudi. Karena Yesus melihat bahwa hukum-hukum  dan aturan-aturan Yahudi itu tidak begitu menghidupkan sesamanya malah ”mematikan” kehidupan itu sendiri.
      Sehingga Yesus mulai mengkritisi berbagai ”hukum-hukum Yahudi” bukan berarti menghancurkannya melainkan memberikan makna yang lebih benar. Manusia tidak diciptakan untuk hukum-hukum akan tetapu hukum-hukum untuk kehidupan manusia. Dengan kata lain. Kehidupan manusia jauh lebih utama.
      Yesus memulihkan kembali cara pandang manusia terhadap ciptaan dan makanan, meski tidak secara gamblang Ia mematahkan hukum haram dan halal akan tetapi Ia dengan jelas mengatakan bahwa haram dan halal tergantung motivasi hati manusianya:

Mat. 15:7    Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
Mat. 15:8    Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Mat. 15:9    Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
Mat. 15:10  Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka:
Mat. 15:11  "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
Mat. 15:12  Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?"
Mat. 15:13  Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya.
Mat. 15:14  Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."
Mat. 15:15  Lalu Petrus berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami."
Mat. 15:16  Jawab Yesus: "Kamu pun masih belum dapat memahaminya?
Mat. 15:17  Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
Mat. 15:18  Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
Mat. 15:19  Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

V.   Makanan Haram dan Halal di Jaman Setelah Tuhan Yesus (jaman Rasul-rasul)

      Di jaman Rasul-rasul tentang makanan yang haram dan yang halal semakin berkembang. Rasul-rasul Yahudi masih hidup mengikuti tradisi Yahudi tentang makanan haram dan halal. Akan tetapi Petrus dan beberapa rasul yang keluar melayani juga bagi orang-orang non Yahudi khusunya Paulus, tidak lagi terjebak dengan peraturan orang-orang Yahudi tentang haram dan halal. Ketika Tuhan membuka penginjilan kepada bangsa-bangsa kafir maka terbuka jugalah peraturan-peraturan tentang haram dan halal. Berangkat dari firman Tuhan kepada Petrus ketika Tuhan hendak menyuruh Dia memberitakan Injil kepada Kornelius (seorang kafir) maka Rasul-rasul dan bapak-bapak gereja serta teolog-teologi kristen menyakini Tuhan telah kembali memulihkan hubungan manusia juga dengan ”makanannya” menjadi sepeerti mas penciptaan : semuanya baik kalau diterima dengan ucapan syukur”.

Kis. 10:9     Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa.
Kis.10:10    Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi.
Kis.10:11    Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah.
Kis.10:12    Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung.
Kis. 10:13   Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!"
Kis.10:14    Tetapi Petrus menjawab: "Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir."
Kis.10:15    Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram."
Kis.10:16    Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.
(Bnd. Kis 11 : 1 – 10).
     
      Akan tetapi, satu hal yang perlu kita perhatikan, meskipun tidak ada lagi makanan yang haram dan yang halal bagi kita. Karena semuanya sudah dapat kita nikmati dalan ucapan syukur kepada Tuhan, kita juga haruslah menjaga pola makanan kita karena ada hal yang menjadikan makanan kita itu juga menjadi haram:
           
1.  Jangalah kita menjadi hamba makanan. Makanlah apa yang baik dan berguna, jangan makan apa yang tidak baik dan mengakibatkan penyakit
I Kor.6 :12     Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.

      2.   Makanan kita hendaknya janganlah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Makanlah ditempat yang benar dan disituasi yang benar. Jangan dengan disengaja mencari persoalan dengan orang lain.
Roma  14:15   Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia.

      3.   Nikmatilah makananmu dengan ucapan syukur (berdoalah dan mengucap syukurlah sebelum makan) jangan dengan kerakusan dan tergesa-gesa.
      I Tim. 4 :4      Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur,

4.   Jagalah hatimu, supaya hati dan mulutmu bersih dari segala iri, dengki, kebencian dan hal-hal yang jahat. Sehingga apapun yang kamu makan adalah baik.
   Matius 15:11  "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
   Matius 15:17  Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
Matius 15:18  Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
Matius 15:19  Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

      5.   Makanlah untuk kemuliaan Tuhan,  janganlah makan hanya untuk memuaskan rasa lapar atau untuk kepentingan tubuh, tapi makanlah dengan spoan dan teratur untuk kemuliaan Tuhan.
I Kor. 10:31   Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.




[i] Bahan Pengajaran terhadap jemaat, Mei 2009 oleh Pdt. Bernard H. Pasaribu, STh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar